Keadilan adalah substansi kehidupan yang amat diperlukan oleh setiap manusia. Sebab, keadilan membuka jalan selebar-lebarnya bagi nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kebahagiaan hidup. Keadilan membuat hukum berada di atas penguasa dan rakyat. Penegakan keadilan merupakan jalan masa depan bangsa yang cemerlang.
Sebaliknya, ketika supremasi hukum yang menjunjung keadilan tidak ditegakkan, maka hal ini dapat menghancurkan martabat manusia, merampas hak-hak asasinya, serta mematikan potensi, inovasi, dan kreativitasnya. Ketildakadilan juga merosakan jaringan sosial, menebarkan rasa takut, menutup peluang bekerja dan berusaha secara merata, dan akhirnya menciptakan stagnasi serta menjerumuskan bangsa pada kehancuran.
Karena itulah Allah SWT memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk berbuat adil seperti terungkap dalam Surat AnNahl ayat 90. Ayat itu berbunyi, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan." Perintah Allah SWT ini terlihat sangat jelas dan tegas.
Ketegasan perintah untuk berbuat adil itu menjadikan peranan hakim (padhr) berada pada posisi yang penting dan strategis. Mereka merupakan orang yang merefleksikan aturan-aturan Allah untuk tegaknya keadilan. Seorang hakim yang memutus suatu sengketa (perkara) dengan adil, maka berarti dia telah membuka peluang bangsanya untuk menjadi besar dan kuat. Di akhirat dia juga akan dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga yang penuh kenikmatan.
Sebaliknya, hakim yang tidak adil (zhalim) dalam memutuskan perkara, sesungguhnya ia telah memasung bangsanya dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Yang lebih tragis, hakim yang tidak adil ini diancam dengan neraka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Hakim itu ada tiga macam, (hanya) satu yang masuk surga, sementara dua (macam) hakim lainnya masuk neraka. Adapun yang masuk surga adalah seorang hakim yang mengetahui al haq (kebenaran) dan memutuskan perkara dengan kebenaran Itu. Sementara hakim yang mengetahui kebenaran lalu berbuat zhalim (tidak adil) dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Dan seorang lagi, hakim yang memutuskan perkara (menvonis) karena 'buta' dan bodoh (hukum), maka ia juga masuk neraka" (HR Abu Dawud). Hadis ini termuat dalam Jaarni'ul Ushul X/167 dan dikomentari oleh pen-tahqiqnya sebagai hadis hasan.
Hadis tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa ternyata hakim yang adil itu minoritas, sementara mayoritas hakim memutuskan perkara dengan tidak adil. Hakim yang berada pada posisi mayoritas inilah yang akan banyak menjadi penghuni neraka.
Semoga Allah SWT segera mengangkat bangsa kita dari keterpurukan akibat badai krisis multidimensional yang berkepanjangan ini dengan menganugerahi bangsa ini hakim-hakim yang adil. Mereka senantiasa menegakkan supremasi hukum tanpa pandang bulu, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam setiap memutus perkara. Amin.
Nota:
Dari Mu’adz bin Jabal r.a, Rasulullah SAW bersabda : Dua kaki seorang hamba tidak akan berpindah (dari tempatnya berpijak nanti pada hari kiamat) sehingga dia ditanya tentang empat perkara : Tentang
Hadis ini mengingatkan kita agar tidak sembarang menggunakan umur, masa muda, harta dan ilmu yang telah diberikan Allah kepada kita, gunakanlah sebaik-baiknya, karena nanti di akhirat kelak kita akan diminta dipertanggunjawabannya.
Ada empat perkara lain yang harus kita cari atau kita hadirkan dalam diri kita, karena bila telah kita dapatkan maka empat perkara ini maka kita tak perlu memikirkan yang lain yg tak kita peroleh didunia ini seperti dijelaskan sebuah Hadis Riwayat Ahmad sebagai berikut :
Dari Ibnu Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Empat perkara yg jika telah terdapat dalam dirimu, maka engkau tidak perlu memikirkan apa yang tidak engkau peroleh didunia.
Empat Perkara itu adalah
1). Berbicara yang benar (Jangan Dusta);
2) Menjaga Amanah;
3)Berakhlak Mulia dan
4) Memakan Makanan yang baik (halal).
Ringkasnya kalau kita dalam kehidupan ini harus selalu berbicara yang benar, kalau mendapat Amanah (kepercayaan) harus kita jaga, bila diamanahkan menjadi pemimpin jadilah pemimpin yang baik, bila dipercaya jadi polisi, jaksa, atau hakim jadilah polisi, jaksa atau hakim yang amanah (yang dapat dipercaya, hingga kita menjadi orang yang berakhlak mulia. Terakhir makanan yang baik jangan diberikan makanan yang dibeli dengan rasuah atau hasil dari penipuan dan fitnah kepada anak, isteri atau keluarga yang lain.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hakim: Saiful Bukhari saksi benar, berwibawa
Malaysiakini
Mohd Saiful Bukhari Azlan, yang mendakwa beliau diliwat oleh bekas majikannya Datuk Seri Anwar Ibrahim telah disifatkan sebagai “saksi yang benar dan berwibawa”.
Pengakuan itu dibuat oleh Hakim Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur Datuk Mohamad Zabidin Mohd Diah ketika memerintahkan Anwar supaya membela dirinya.
Ketika membacakan penghakimannya selama dua jam itu, beliau berkata terdapat kes prima facie ke atas Anwar.
Menurutnya bukti-bukti yang dikemukakan oleh saksi pakar seperti doktor-doktor dan ahli kimia mentahkikkannya dengan kenyataan Saiful bahawa terdapat penetrasi zakar dan mangsa berada di kondominium berkenaan semasa kejadian itu sebagaimana dinyatakan dalam tuduhan.
Anwar didakwa meliwat Saiful di kondominium Desa Damansara antara jam 3.01 petang dan 4.30 petang pada 26 Jun, 2008. Ini perbicaraan kedua kes liwatnya sejak 1998. Pada kes pertama itu beliau dibebas dan dilepaskan selepas rayuan. Pada 2000, beliau dituduh meliwat pemandu kepada isterinya, Azizan Abu Bakar.
Beliau disabitkan kesalahan dan dihukum penjara sembilan tahun oleh Mahkamah inggi, tetapi empat tahun kemudian Mahkamah Persekutuan membatalkan sabitan itu dan mengetepikan hukuman penjara.
Anwar kini mempunyai tiga pilihan bagi mempertahankan dirinya - menjawap melalui keterangan sumpah dari kandang saksi, membaca kenyataan dari kandang tertuduh dan tidak boleh disoal-balas ataupun memilih untuk mendiamkan diri.
Pasukan pendakwaan diketuai oleh Peguam Cara Negara II Datuk Mohd Yusof Zainal Abiden, dan dianggotai oleh timbalan ketua bahagian pendakwaan Nordin Hassan dan Mohd Hanafiah Zakaria, serta timbalan pendakwaraya CK Wong dan Noorin Badaruddin.
Pihak pembelaan pula terdiri daripada peguam kanan Karpal Singh dan dibantu oleh Param Cumaraswamy, Sankara Nair, CV Prabhakaran, Marissa Christopher Fernando dan Ram Karpal Singh.
Pada 7 Ogos 2008 Anwar, 63, mengaku tidak bersalah terhadap dakwaan melakukan liwat bertentangan dengan peraturan alami di Kondominium Desa Damansara di Bukit Damansara antara 3.10ptg dan 4.30ptg 26 Jun, 2008.
Tuduhan itu dikemukakan di bawah seksyen 377B Kanun Keseksaan yang membawa hukuman penjara hingga 20 tahun dan sebat.
No comments:
Post a Comment