PRK di DUN Tenang membuatkan suasana politik negara kembali tidak tenang.Hiruk pikuk dan suasana pesta bagi setengah golongan yang gembira kerana peluang meraih rezeki secara terpijak halal atau haram tidak di kirakan lagi.Mereka yang merasakan inilah peluang membalas dendam atau mengambil jalan mudah dengan menyebarkan fitnah dan mencaci calun sebelah pihak lawan mereka.Inilah didikan dan amalan sejak dari dahulu,kini dan selamanya.
Rasulullah bersabda kepada Abdul Rahman (Abu Hurairah),
“Wahai Rahman, jangan kamu minta jadi pemimpin/pangkat, kalau kau minta pimpinan maka kamu akan disusahkan. Tetapi apabila kamu tidak minta jadi pemimpin tapi kamu diberi tanggungjawab maka kamu akan ditolong oleh Allah.”
Memilih pemimpin dalam islam bukanlah perkara sederhana, ia merupakan hajat besar kehidupan manusia. Memilih pemimpin tidak sekadar perkara cabang dalam agama, namun bahagian dari masalah prinsip.
Firman Allah:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS Al-Maidah: 3)
Ayat tersebut turun beberapa bulan sebelum Rasulullah wafat, tepatnya pada waktu haji wada’ (haji perpisahan). Yang mana dengan turunnya ayat tersebut menunjukan bahwa agama Islam ini telah sempurna tidak kurang sedikitpun.
Agama Islam adalah agama yang universal (syamil), yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan Allah (Habluminallah) atau pun yang berhubungan dengan manusia (Hablu minannas). Mengatur manusia dari tatacara masuk tandas sampai tatacara memilih pemimpin.
Dalam komuniti kecil saja kita diperintahkan untuk memilih seseorang menjadi pemimpin, sebagaimana Rasulullah bersabda:
“Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini, tanpa mengambil salah seorang di antara mereka sebagai amir (pemimpin)”. (HR Ahmad),
Sungguh, penisbatan berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggungjawab dalam memilih pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas:
“Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diredhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (HR. Hakim)
Dalam hadits lain Rasulullah. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah.:
“Dulu Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku. Akan tetapi, nanti akan ada banyak khalifah. “Para sahabat bertanya, “Apakah yang Engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Penuhilah baiat yang pertama dan yang pertama itu saja. Berikanlah kepada mereka haknya, karena Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka atas rakyat yang dibebankan urusannya kepada mereka.” (HR Muslim).
Dari hadis di atas, tampak bahwa Islam memiliki ciri khas tersendiri dalam perkara kepemimpinan. Iaitu keharusan adanya seorang pemimpin dalam seluruh perkara, apalagi perkara besar seperti negara. Sebab, tidak akan ada gunanya pelaksanaan suatu sistem apabila tidak ada orang yang memimpin pelaksanaan sistem tersebut.
Seorang pemimpin adalah peribadi yang sangat menentukan bagi suatu umat atau bangsa.
Menentukan kerana dengannya sebuah Negara boleh maju atau mundur. Bila seorang pemimpin tampil lebih memihak kepada kepentingan dirinya, rakyat pasti terlantar. Sebaliknya bila seorang pemimpin lebih berpihak kepada rakyatnya, maka keadilan pasti ia tegakkan.
Sungguh benar perumpamaan yang mengatakan bahwa pemimpin adalah nakhoda bagi sebuah kapal. Sebab Negara ibarat kapal yang di dalamnya banyak penumpang. Para penumpang seringkali tidak tahu apa-apa. Maka selamat tidaknya sebuah kapal tergantung nakhodanya. Bila nakhodanya berusaha untuk melanggar kapal ke sebuah karang, tentu kapal itu akan tenggelam dan semua penumpang akan sengsara.
No comments:
Post a Comment